Kamis, 01 Maret 2012

The best artis Indonesia go internasional (where did u go)


The best artis Indonesia go internasional

JURNAL ILMIAH/TESIS/SKRIPSI/ARTIKEL


An Analysis of the Literature Concerning Budgetary Slack:
A Gap in Control

General topic of the paper:
Information and control systems for multinational corporations

Improving Double tax Agreements

The valuation of airport slots
by Michael Olbrich and Gerrit Brösel

LEADING COST ACCOUNTING STUDENTS ON A JOURNEY FROM NAÏVE ANALYSIS TO REALISTIC ANALYSIS

Shirley Polejewski, University of St. Thomas, USA
Thomas Ressler, University of St. Thomas, USA

ANALYSES OF EARNINGS MANAGEMENT PRACTICES IN FIJI'S
STATE OWNED ENTERPRISES
Asha Singh
School of Accounting and Finance
The University of the South Pacific
Suva, Fiji.

The Pricing of Reporting Conservatism in Private Firm Loan Contracts

Ownership structure and Intellectual capital performance in Malaysian companies listed on MESDAQ
Norman Mohd Saleh
Mara Ridhuan Che Abdul Rahman
Mohamat Sabri Hassan
School of Accounting
Faculty of Economics and Business
Universiti Kebangsaan Malaysia

The Split Equity Reform and Corporate Financial Transparency in China

Richard Morris, UNSW, Australia

HaiPing Tang, Australia


This study examines the association between cultural, organizational, and demographic factors with the level of employee organizational commitment (EOC) in the Australian manufacturing industry.


THE ROLE OF MANAGEMENT CONTROL SYSTEMS IN OUTSOURCING: THE EFFECT OF THE LEVEL OF THE INFORMATION SHARING AND INFORMATION QUALITY ON OUTSOURCING SUCCESS

Cissy Geyun Zhana*, Kevin Bairda, Herbert Schocha
Department of Accounting and Finance, Macquarie University, Sydney, Australia
I � n t � � -orphan; font-size:10.0pt; font-family:"Times New Roman","serif";}
The Split Equity Reform and Corporate Financial Transparency in China

Richard Morris, UNSW, Australia

HaiPing Tang, Australia











signaling teori (teori akuntansi positif)


1.   Teori Signal (Signaling Theory)
            Menurut Hapyani P, N, yang dikutip dari Ross,[1] dalam membangun signaling teori berdasarkan adanya assimetric information antara well-informed maneger dan poo-informed stockholder. Teori ini berdasarkan pemikiran bahwa menejer akan mengumumkan kepada investor ketika mendapatkan informasi yang baik, bertujuan menaikan nilai perusahaan, namun ivestor tidaka akan mempercayai tersebut, karena menejer merupakan interest parti. Solusinya perusahaan bernialai tinggi akan berusaha melaukan signaling pada financial policy mereka yang memakan biaya besar sehingga tiadak adap ditiruoleh perusahaan yang memiliki nialai lebih rendah.

            Signal adalah proses yang memakan biaya berupa deadweight costing, bertujuan untuk menyakinkan investor tentang nilai peruahaan. Signal yang baik adalah yang tidak dapat ditiru oleh perusahaan lain yang memeiliki nilai lebih redah, karena faktor biaya.[2]

            Salah satu contoh yang diberikan oleh Ross adalah tingkat laveragge perusahaan, yaitu perusahaan yang besar akan membuat insentif yang mendorong mereka mengambil laveragge tinggi. Hal ini tidak akan dapat diikuti oleh perusahaaan yang lebih kecil, karena mereka akan lebih rentan mengalami kebangkrutan. Hal ini akan menciptakan separating equilibrium yaitu dimana perusahaan yang memiliki nilai perusahan yang lebih tinggi akan menggunakan lebih banyak hutang dan perusahaan yang memiliki nilai yang lebih rendah akan lebih banyak menggunakan equity.
            Teori ini akan mengungkapkan bahwa investor dapat membedakan antara perusahaan yang memiliki nilai tinggi dengan perusahaan yang memiliki nilai rendah dengan mengobservasi kepemilikan struktur pemodalannya serta menandai valuasi tinggi untuk perusahaan yang hightly levered. Ekuilibrium stabil karena perusahaan bernilai rendah tidak dapat meniru perusahaan yang lebih tinggi.
            Kelebihan teori ini adalah kemampuan menjelaskan mengapa terjadi peningkatan harga saham sebagai tanggapan terhadap peningkatan financial leverage. Kelemahan dari model ini adalah ketidakmampuan dalam menjelaskan hubungan kebalikan antara profitabilitas dan laveragge. Kelemahan lain adalah tidak dapat menjelaskan mengapa perusahaan yang memiliki potensi pertumbuhan dan nilai intangible asset tinggi harus menggunakan lebih banyak hutang dari pada perusahaan yang mature (tangible asset tinngi) yang tidak menggunakan hutang, akan tetapi didalam teori diperlukan untuk mengurangi efek dari ketidaksimetrisan informasi.


[1] Hapyani, P, N. Pengujian Teori Static Teori Struktur Modal, Jurnal riset akuntansi, Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2009, p.24
[2] Ibid, p.28

konflik antara agency dengan principal


C.   Teori Akuntansi Positif
1.    Teori Keagenan (Agency Theory)
            Menurut Indriana K,[1] yang dikutip dari Jensen dan Meckling dalam Isnanta 2008, menyatakan bahwa teori keagenan mendeskripsikan pemegang saham sebagai prinsipal dan manajemen sebagai agen. Manajemen merupakan pihak yang dikontrak oleh pemegang saham untuk bekerja demi kepentingan pemegang saham. Untuk itu manajemen diberikan sebagian kekuasaan untuk membuat keputusan bagi kepentingan terbaik pemegang saham. Oleh karena itu, manajemen wajib mempertanggungjawabkan semua upayanya kepada pemegang saham.
            pendekatan teori keagenan (agency theory) yang menyatakan bahwa konflik antara kepentingan manajemen (agent) dan pemilik (principal) yang timbul karena setiap pihak berusaha untuk mencapai atau mempertimbangkan tingkat kemakmuran yang dikehendakinya. Agency theory memiliki asumsi bahwa masing-masing individu semata-mata termotivasi oleh kepentingan dirinya sendiri sehingga menimbulkan konflik kepentingan antara principal dan agent. Pihak principal termotivasi mengadakan kontrak untuk menyejahterakan dirinya dengan total aset dan profitabilitas yang selalu meningkat. Agen termotivasi untuk memaksimalkan pemenuhan kebutuhan ekonomi dan psikologisnya, antara lain dalam hal memperoleh investasi, pinjaman, maupun kontrak kompensasi. Konflik kepentingan semakin meningkat terutama karena principal tidak dapat memonitor aktivitas manajemen sehari-hari untuk memastikan bahwa manajemen bekerja sesuai dengan keinginan pemegang saham (pemilik). Dalam hubungan keagenan, principal tidak memiliki informasi yang cukup tentang kinerja agen. Agen mempunyai lebih banyak informasi mengenai kapasitas diri, lingkungan kerja, dan perusahaan secara keseluruhan. Hal inilah yang mengakibatkan adanya ketidakseimbangan informasi yang dimiliki oleh principal dan agent. Ketidakseimbangan informasi inilah yang disebut dengan asimetri informasi. Adanya asumsi bahwa individu-individu bertindak untuk memaksimalkan dirinya sendiri, mengakibatkan agen memanfaatkan adanya asimetri informasi yang dimilikinya untuk menyembunyikan beberapa informasi yang tidak diketahui principal. Asimetri informasi dan konflik kepentingan yang terjadi antara principal dan agent mendorong agen untuk menyajikan informasi yang tidak sebenarnya kepada principal, terutama jika informasi tersebut berkaitan dengan pengukuran kinerja agent. Salah satu bentuk tindakan agen tersebut adalah memanipulasi laporan pertanggungjawaban menejemen dalam hal laporan keuangan perusahaan ketika para manajer menggunakan keputusannya dalam pelaporan keuangan dan dalam melakukan penyusunan transaksi untuk mengubah laporan keuangan baik untuk menimbulkan gambaran yang salah bagi stakeholder tentang kinerja ekonomis perusahaan, ataupun untuk mempengaruhi hasil kontraktual yang bergantung pada angka-angka akuntansi yang dilaporkan.


variabel independen terhadap indeks luas pengungkapan


3. METODE PENELITIAN
3.1 PENGEMBANGAN HIPOTESIS
     Variabel-variabel yang akan diuji dalam penelitian ini adalah variabel-variabel yang ditemukan berpengaruh signifikan terhadap luas pengungkapan dalam penelitian-penelitian sebelumnya. Berikut ini akan diuraikan mengenai ketujuh variabel tersebut :
a. Ukuran Perusahaan
      Hubungan antara ukuran perusahaan dengan tingkat pengungkapan dapat dijelaskan sebagai berikut:
i) Perusahaan besar umumnya menjadi sorotan banyak pihak, baik dari masyarakat secara umum maupun pemerintah. Menurut Buzby, perusahaan dengan ukuran yang lebih besar relatif lebih diawasi oleh lembaga-lembaga pemerintah, sehingga mereka berupaya menyajikan pengungkapan yang lebih baik untuk dapat meminimalisasi tekanan-tekanan pemerintah (Tjakradinata, 2000). Oleh karena itu, perusahaan besar tersebut dituntut untuk mengungkapkan informasi yang lebih banyak daripada perusahaan kecil.
ii) Perusahaan besar memiliki sumber daya yang besar. Dengan sumber daya yang besar tersebut, perusahaan perlu dan mampu membiayai penyediaan informasi untuk keperluan internal. Informasi itu sekaligus menjadi bahan untuk keperluan pengungkapan informasi kepada pihak eksternal, sehingga tidak perlu ada tambahan biaya yang besar untuk dapat melakukan pengungkapan dengan lebih lengkap. Sebaliknya, perusahaan dengan sumber daya yang relatif kecil mungkin tidak memilki informasi siap saji sebagaimana perusahaan besar (Marwata, 2001). Dengan demikian, biaya pengumpulan, pemrosesan, dan penyajian informasi pada perusahaan besar merupakan suatu kebutuhan yaitu untuk kepentingan pelaporan internal dan eksternal perusahaan, sehingga pengungkapan informasi bagi perusahaan besar bukanlah suatu masalah.
iii) Perusahaan besar berkemungkinan memperoleh keuntungan-keuntungan dengan mengungkapkan informasi yang memadai dalam laporan tahunan, misalnya kemudahan untuk memasarkan saham dan kemudahan memperoleh dana dari pasar modal. Sedangkan perusahaan kecil umumnya sulit untuk mendapatkan dana dari pasar modal, mengingat pembatasan ukuran aset bila terjun ke bursa, sehingga perusahaan kecil tidak dapat menikmati keuntungan dari pengungkapan informasi yang memadai (Tjakradinata, 2000).
      Semua alasan tersebut menunjukkan bahwa perusahaan besar mempunyai insentif untuk memberikan pengungkapan sukarela lebih luas dibanding perusahaan kecil. Variabel ukuran perusahaan merupakan variabel yang paling konsisten berpengaruh signifikan terhadap luas pengungkapan dalam penelitian-penelitian sebelumnya, yaitu penelitian yang dilakukan Cerf (1961), Shingvi and Desai (1971), Cooke (1992), Suripto (1999), Gunawan (2000), dan Marwata (2001).

b. Rasio Leverage
      Rasio leverage penting untuk menilai kemampuan perusahaan melunasi semua hutang-hutangnya. Perusahaan yang mempunyai proporsi utang lebih banyak dalam struktur permodalannya akan mempunyai biaya keagenan yang lebih besar. Oleh karena itu, perusahaan yang mempunyai leverage tinggi mempunyai kewajiban lebih untuk memenuhi kebutuhan informasi krediturnya (Suripto, 1999). Pemberian informasi yang lebih banyak ini bertujuan untuk memudahkan perolehan tambahan dana dengan biaya murah baik dari perolehan hutang maupun dari penerbitan saham, untuk program pendanaan berikutnya.
      Variabel rasio leverage merupakan variabel yang berpengaruh signifikan terhadap luas pengungkapan dalam penelitian-penelitian sebelumnya, yaitu penelitian yang dilakukan Subiyantoro (1997) dan Gunawan (2000).

c. Basis Perusahaan
      Terdapat beberapa alasan yang dapat dikemukakan untuk kemungkinan perusahaan yang berbasis asing (PMA) memberikan pengungkapan yang lebih luas dibanding perusahaan domestik (PMDN), yaitu (Suripto, 1999):
i) Perusahaan berbasis asing mendapatkan pelatihan yang lebih baik, misalnya dalam bidang akuntansi, dari perusahaan induknya diluar negeri.
ii) Perusahaan berbasis asing mungkin mempunyai sistem informasi manajemen yang lebih efisien untuk memenuhi kebutuhan pengendalian internal dan kebutuhan informasi perusahaan induknya.
iii) Kemungkinan terdapat permintaan informasi yang lebih besar kepada perusahaan berbasis asing dari pelanggan, pemasok, analis dan masyarakat pada umumnya.
      Variabel basis perusahaan merupakan variabel yang berpengaruh signifikan terhadap luas pengungkapan dalam penelitian yang dilakukan Susanto (1992).

d. Struktur Kepemilikan
      Laporan tahunan dapat dipandang sebagai upaya untuk mengurangi asimetri informasi antara manajemen dan pemilik. Ada potensi konflik kepentingan antara manajemen dan pemilik dalam hal luasnya ungkapan sukarela laporan tahunan. Semakin banyak saham yang dimiliki oleh publik, maka semakin besar tekanan yang dihadapi perusahaan untuk mengungkapkan informasi lebih banyak dalam laporan tahunannya. Hal ini dikarenakan dengan semakin besar porsi pemilikan publik, maka semakin banyak pihak yang membutuhkan informasi tentang perusahaan, sehingga semakin banyak pula butir-butir informasi yang mendetail yang dituntut untuk dibuka dalam laporan tahunan.
      Variabel struktur kepemilikan merupakan variabel yang berpengaruh signifikan terhadap luas pengungkapan dalam penelitian-penelitian sebelumnya, yaitu penelitian yang dilakukan Cerf (1961), Singhvi dan Desai (1971), dan Tjakradinata (2000).
e. Umur Perusahaan
      Umur perusahaan diperkirakan memiliki hubungan positif dengan kualitas ungkapan sukarela. Alasan yang mendasarinya adalah bahwa perusahaan yang berumur lebih tua memiliki pengalaman yang lebih banyak dalam publikasi laporan keuangan. Perusahaan yang memiliki pengalaman lebih banyak akan lebih mengetahui kebutuhan konstituennya akan informasi tentang perusahaan.
      Variabel umur perusahaan merupakan variabel yang berpengaruh signifikan terhadap luas pengungkapan dalam penelitian yang dilakukan Susanto (1992).
f. Perubahan rasio laba terhadap ekuitas (ROE)
      Perusahaan dengan berita buruk cenderung tidak mengungkapkan informasi yang berkaitan dengan berita buruk tersebut ke pasar, agar nilai perusahaannya tidak turun. Sedangkan perusahaan dengan berita baik akan berusaha menyampaikan informasi yang berkaitan dengan berita baik tersebut ke pasar dalam bentuk pengungkapan sukarela yang lebih lengkap atau banyak dalam laporan tahunan dengan tujuan untuk memberikan dampak yang positif terhadap nilai perusahaan. Jika pengungkapan berita baik itu tidak dilakukan, pasar akan menerjemahkannya sebagai berita buruk sehingga berdampak pada penilaian perusahaan yang terlalu rendah.
      Proxy yang digunakan untuk perusahaan dengan berita baik atau buruk adalah perubahan rasio laba terhadap ekuitas. Rasio ini merupakan salah satu rasio yang menunjukkan kinerja perusahaan. Apabila kinerja perusahaan menunjukkan suatu peningkatan atau perbaikan dari tahun sebelumnya, maka hal itu merupakan suatu berita baik bagi perusahaan tersebut.

g. Rasio nilai pasar terhadap nilai buku ekuitas (PBV)
      Manajer yang merasa perusahaannnya dinilai terlalu rendah (undervalued), berusaha untuk mengungkapkan informasi privat yang dimilikinya sebanyak-banyaknya dengan tujuan mengurangi ketidakakuratan pasar dalam nilai perusahaannya. Manajer akan memberi sinyal ke pasar untuk mengindikasikan bahwa nilai perusahaannya sekarang terlalu rendah, dan tidak sesuai dengan nilai sebenarnya.
      Proxy yang digunakan untuk perusahaan yang dinilai terlalu rendah adalah rasio nilai pasar terhadap nilai buku ekuitas. Rasio ini menunjukkan seberapa jauh suatu perusahaan mampu menciptakan nilai perusahaan relatif terhadap jumlah modal yang diinvestasikan, semakin tinggi rasio tersebut semakin berhasil perusahaan menciptakan nilai bagi pemegang saham (Utama & Santosa, 1998).
Berdasarkan kerangka alur pemikiran pengembangan hipotesis yang telah dibahas diatas, maka disusun hipotesis alternatif berikut:
1). Ukuran perusahaan berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap luas pengungkapan sukarela perusahaan.
2). Rasio leverage perusahaan berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap luas pengungkapan sukarela perusahaan.
3). Terdapat perbedaan luas pengungkapan sukarela antara perusahaan PMA dan PMDN.
4). Tingkat kepemilikan saham oleh publik tinggi berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap luas pengungkapan sukarela perusahaan.
5). Umur perusahaan berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap luas pengungkapan sukarela perusahaan.
6). Perubahan rasio laba terhadap ekuitas (ROE) yang positif berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap luas pengungkapan sukarela perusahaan.
7). Rasio nilai pasar terhadap nilai buku ekuitas (PBV) berpengaruh secara negatif dan signifikan terhadap luas pengungkapan sukarela perusahaan.
8). Ukuran perusahaan, rasio leverage, struktur kepemilikan, basis perusahaan, umur perusahaan, perubahan rasio ROE, dan rasio PBV secara bersama-sama mempengaruhi luas pengungkapan sukarela dalam laporan tahunan perusahaan.

3.2 VARIABEL PENELITIAN DAN PENGUKURANNYA
VARIABEL DEPENDEN
      Dalam penelitian ini, untuk menghitung variabel dependen dilakukan dalam dua tahap, yaitu (1) mengembangkan daftar item pengungkapan sukarela dan (2) mengukur skor pengungkapan sukarela terhadap sampel laporan tahunan. Daftar item pengungkapan sukarela dalam laporan tahunan dikembangkan berdasarkan item pengungkapan Botosan (1997) dan item pengungkapan wajib menurut peraturan Bapepam tentang laporan tahunan (Kep-38/PM/1996).
      Daftar item yang dikembangkan tersebut kemudian digunakan untuk mengukur skor pengungkapan sukarela dalam laporan tahunan perusahaan sampel. Penentuan skor pengungkapan sukarela dalam laporan tahunan dilakukan mengikuti skor yang telah ditentukan oleh Botosan (1997). Pertimbangan dalam menerapkan metode yang dipakai oleh Botosan adalah karena Botosan telah melakukan pengujian reliabilitas dan validitas atas indeks dalam penyusunan indeks pengungkapan sukarela dan hasilnya menunjukkan bahwa indeks pengungkapannya reliabel dan valid. Disamping itu indeks pengungkapan Botosan telah banyak dipakai dalam beberapa penelitian di Indonesia, seperti Gunawan (2000) dan Tjakradinata (2000) dan hasilnya menunjukkan bahwa indeks pengungkapan tersebut dapat diaplikasikan untuk mengukur tingkat pengungkapan perusahaan yang berada dalan industri manufaktur di Indonesia (Adhariani, 2004:44).
      Skor pengungkapan maksimum men-cerminkan seluruh item pengungkapan yang diharapkan diungkap oleh perusahaan dalam laporan tahunannya. Indeks pengungkapan merupakan perbandingan antara skor total pengungkapan dengan skor pengungkapan maksimum yang dicapai oleh suatu perusahaan. Skor Total Pengungkapan (STP) untuk suatu perusahaan merupakan penjumlahan seluruh item yang diungkapkan oleh perusahaan tersebut, dan dikuantifikasi dengan cara sebagai berikut (Tjakradinata, 2000) :
STPi =
m
di
i=1
Keterangan:
STPi       = skor total pengungkapan untuk perusahaan i.
d           = 1 atau 2 tergantung jenis item pengungkapannya jika item ddiungkapkan, dan d= 0       jika item dtidak diungkapkan.
m         = jumlah item pengungkapan yang diungkapkan perusahaan.
      Skor pengungkapan maksimum (SPM) yang diharapkan bisa dicapai perusahaan dihitung dengan menjumlahkan semua skor untuk item pengungkapan yang relevan dan diharapkan untuk diungkapkan oleh perusahaan. Berdasarkan Lampiran 2, skor maksimum untuk pengungkapan dengan pembobotan adalah 115, sedangkan skor maksimum untuk pengungkapan tanpa pembobotan adalah 56.
Indeks pengungkapan (IDX) untuk setiap perusahaan diukur sebagai berikut:
IDXi = STPi / SPM
IDXi adalah indeks pengungkapan untuk perusahaan i, yang merupakan ukuran tingkat keluasan pengungkapan sukarela dalam laporan tahunan perusahaan.

agency teori


Teori Keagenan (Agency Theory)
Jensen dan Meckling dalam Isnanta (2008),  menyatakan bahwa teori keagenan mendeskripsikan pemegang saham sebagai prinsipal dan manajemen sebagai agen. Manajemen merupakan pihak yang dikontrak oleh pemegang saham untuk bekerja demi kepentingan pemegang saham. Untuk itu manajemen diberikan sebagian kekuasaan untuk membuat keputusan bagi kepentingan terbaik pemegang saham. Oleh karena itu, manajemen wajib mempertanggungjawabkan semua upayanya kepada pemegang saham. Karena unit analisis dalam teori keagenan adalah kontrak yang melandasi hubungan antara prinsipal dan agen, maka fokus dari teori ini adalah pada penentuan kontrak yang paling efisien yang mendasari hubungan antara prinsipal dan agen. Untuk memotivasi agen maka prinsipal merancang suatu kontrak agar dapat mengakomodasi kepentingan pihak-pihak yang terlibat dalam kontrak keagenan. Kontrak  yang efisien adalah kontrak yang memenuhi dua faktor, yaitu :

1.            Agen dan pinsipal memiliki informasi yang simetris artinya baik agen maupun majikan memiliki kualitas dan jumlah informasi yang sama sehingga tidak terdapat informasi tersembunyi yang dapat digunakan untuk keuntungan dirinya sendiri
2.            Risiko yang dipikul agen berkaitan  dengan imbal jasanya adalah kecil yang berarti agen  mempunyai kepastian yang tinggi mengenai imbalan yang diterimanya.

Pada kenyataannya informasi simetris itu tidak pernah terjadi, karena manajer berada didalam perusahaan sehingga manajer mempunyai banyak informasi mengenai perusahaan,sedangkan prinsipal sangat jarang atau bahkan tidak pernah datang ke perusahaan sehinggainformasi yang diperoleh sangat sedikit. Hal ini menyebabkan kontrak efisien tidak pernahterlaksana sehingga hubungan agen  dan prinsipal selalu dilandasi oleh asimetri informasi. Agensebagai pengendali perusahaan pasti memiliki informasi yang lebih baik dan lebih banyakdibandingkan dengan prinsipal. Di samping itu, karena verifikasi sangat sulit dilakukan, makatindakan agen pun sangat sulit untuk diamati. Dengan demikian, membuka peluang agen untukmemaksimalkan kepentingannya sendiri dengan melakukan tindakan yang tidak semestinya atausering disebut dysfunctional behaviour, dimana tindakan ini dapat merugikan prinsipal, baikmemanfaatkan aset perusahaan untuk kepentingan pribadi, maupun perekayasaan kinerjaperusahaan.

REFERENSI BERBAGAI JUDUL SKRIPSI/TUGAS AKHIR/ARTIKEL/TESIS/JURNAL/JURNAL ILMIAH/PENULISAN DLL

REFERENSI BERBAGAI JUDUL SKRIPSI/TUGAS AKHIR/ARTIKEL/TESIS/JURNAL/JURNAL ILMIAH/PENULISAN DLL
click here, now;

http://www.ziddu.com/download/18741224/bab3-4.pdf.html


ANALISIS PERBANDINGAN PEMBELIAN LANGSUNG
ATAS AKTIVA TETAP DAN SEWA GUNA USAHA
(LEASING) TERHADAP PENGHEMATAN PAJAK PADA
PT ESTIKA YASA KELOLA

http://www.ziddu.com/download/18741223/ANALISISPERBANDINGANPEMBELIANLANGSUNG.pdf.html

PENGARUH KARAKTERISTIK PERUSAHAAN TERHADAP KELENGKAPAN
http://www.ziddu.com/download/18741222/PENGARUHKARAKTERISTIKPERUSAHAANTERHADAPKELENGKAPAN.pdf.html

bab 1 karakterisristik
http://www.ziddu.com/download/18741220/bab1karekteristik.docx.html

bab 4
http://www.ziddu.com/download/18741219/bab4karekteristik.docx.html

HUBUNGAN PERBEDAAN LABA AKUNTANSI & LABA PAJAK
http://www.ziddu.com/download/18741218/HUBUNGANPERBEDAANLABAAKUNTANSILABAPAJAK.pdf.html

Analisis tingkat-Literatur
http://www.ziddu.com/download/18741217/digital_126066-5538-Analisistingkat-Literatur.pdf.html

ANALISIS PENGARUH INFORMASI LAPORAN ARUS KAS setya ningrum
http://www.ziddu.com/download/18741216/NALISISPENGARUHINFORMASILAPORANARUSKASsetyaningrum.pdf.html


PENGARUH KARAKTERISTIK PERUSAHAAN TERHADAP KELENGKAPAN
PENGUNGKAPAN DALAM LAPORAN TAHUNAN SEKTOR
PROPERTI DAN REAL ESTATE YANG TERDAFTAR
DI BURSA EFEK INDONESIA

http://www.ziddu.com/download/18741215/ARANGKONSUMSIYANGTERDAPATDIBURSAEFEKINDONESIABEI.pdf.html

JUDUL/TEMA LAINNYA SEGERA DIPUBLIKASIKAN LAGI
lebih menarik dan beragam, DIJAMIN YAHUI gratis lg tinggal donwload